Kamis, 24 November 2016

MANYAUK LAUK



Di suatu perkampungan bunga,.....
Di musim petik indah warnanya,....
Menghias rumah, halaman rakyat,....
Ramai-ramai, perempuan desa,....
Dengan keranjang di atas kepala,....
Burung-burung yang berkicauan,....
Menemani mereka memetik bunga,....
Senyum beberapa wanita,....
Yang menjepit bunga di rambutnya,.....
Sambil berdendang Iwan terus mengikuti irama walkman, tak peduli celoteh Dudun dan kawan-kawan. Irama musik Franky and Jane telah memenuhi gendang telinganya, seakan telah menghipnotis dan membawanya ke suatu perkampungan yang di penuhi aneka bunga.
" Te tam Mad, haranan ikau manyumpal pinding ah dengan taluh ji jite, nyewut humung gin tawe-tawe ih ampi ". (Coba lihat Mad, lantaran kamu menutup kedua telinganya dengan benda begituan, di bilang goblok aja Dia masih tertawa) ujar Dudun pada Ahmad. Usep dan Udin di sebelah juga ikut menyalahkan Ahmad. Memang walkman yang sedang dinikmati Iwan itu milik Ahmad, itu hadiah dari Abah karena Ahmad berhasil mendapat Ranking 2 besar di kelasnya. Ke lima sahabat itu terus berjalan susuri area persawahan menghijau dengan bambu panjang terikat tali nilon di ujungnya yang kian mengecil. Sebagian lagi membawa potongan pohon sawit kecil panjang juga terikat nilon. Udara di musim kemarau terasa membakar, tudung saji bertemankan ember menggantung di pundak sebelah kiri sedangkan di kanan ember bergoyang-goyang ikuti irama ayunan tangan Usep. Padang ilalang tajam, buat kulit berberai, berasa gatal dan perih. Tapi, itulah rute yang harus dilalui jika ingin sampai di Ruak Sakat (Lubang dalam seukuran pinggang anak Kelas 4 SD). Begitu pun jika ingin ketetangga sebelahnya Ruak Banama (Lubang yang memiliki tanah seperti buritan kapal). Di sana banyak terdapat ikan seperti behaw atau gabus, pentet atau lele. Ikan biasanya di peroleh selain dengan cara memancing juga membanjur dan mangaruhi. Dudun paling jago jika urusan mangaruhi (menyauk ikan bercebur pada kubangan lumpur, sambil mencari lubang persembunyiaan ikan). Untuk mambanjur Iwan pakarnya (hampir sama dengan memancing, bedanya umpan berupa kodok kecil yang masih hidup di buat melompat-lompat di sungai kecil persawahan). Bila memancing Usep lebih beruntung dibandingkan Udin. Nah, kalau memancing keributan, nggak usah ditanya lagi sudah pasti Udin rajanya. Sampai-sampai Ia di juluki UDIN TUMBUR (UDIN RIBUT), Ia memang paling bawel di antara mereka berlima.
Konon di Ruak Banama terdapat sebuah kapal cina yang di kutuk menjadi tanah atau batu, tapi bila di tinjau dari segi ilmu pengetahuan itu terjadi akibat proses pengangkatan permukaan bumi dari sungai menjadi daratan. Kisah tentang Ruak Banama tak ubahnya seperti kisah Bukit tangkiling atau Gunung Tangkuban perahu. Masyarakat Dayak, menamai fenomena alam yang tak masuk akal ini di sebut dalam istilah SALUH ANDAU. Akibat adanya norma Adat yang di langgar, seperti kisah Sangkuriang menikahi ibunya atau Tangkiling yang juga kawin dengan ibunya.
Panorama Ruak Banama, sungguh sangat mempesona di mana sejauh mata memandang hamparan rawa luas tersaji, jika musim hujan di penuhi air seperti lautan berbatas langit, semilir anginnya sanggup membuai pergi ke dunia mimpi. Di sanalah ke lima sahabat sering habiskan waktu membuang pikiran akan sumpeknya dunia. Sekedar melupakan ruwetnya permasalah hidup, saling mengingat dan menguatkan memberi semangat satu dan lainnya. Terkadang obrolan mereka seperti orang bertengkar saja, bagi orang yang pertama kali mengenal mereka. Padahal tak pernah terbesit sedikit pun, untuk menyakiti satu dan lainnya. Mereka saling menyayangi dan tak rela bila ada di antara mereka tersakiti. Berdebat untuk pertahankan argumen adalah hal biasa, walau urat leher keluar karenanya, tapi tidak pernah menyisakan dendam di sana. Dudun paling hebat soal provokasi, Usep hebat diplomasi, Udin paling cepat naik pitam alias tempramental, Ahmad suka memandang remeh sesuatu dan Iwan lelaki pendiam, memiliki kesabaran tinggi. Dari ke limanya yang paling menonjol jiwa kepimpinannya adalah Dudun. Mereka saling menutupi kelemahan satu dan lainnya, sehingga tumbuhlah persaudaraan solid di antara mereka.
Salam Hampahari - Negeri Tambuni
#maafphotonyapornoaksihehekaingatanmanduihuran#
Ahmad Setiawan, Ahmad Murjiman, Tajudin Uluh Katingan, Iwankurniawan, Muhammad Saiful Mujab, Gerhana Tu Primadona, Zahzah Eel.

Rabu, 23 November 2016

GITA CINTA SMA


Detik demi detik berlalu,...
Memayungi langkah kehidupan,....
Guratan masih terpahat di dinding hati,....
Cerita berlalu, kemudian hilang terkubur di dasar ingatan,.....
Dingin masih tersisa di penghujung pagi, manakala tetesan embun membelai bumi....
Perlahan tapi pasti tua merambat pelan, di setiap wajah rupawan,....
Saat sang Surya sentuh lembut kehidupan, hangat menyeruak buka lembaran baru,.....
Hanya satu yang tak akan terlupa, saat panji Asmara tertancap pada sebuah nama,....
Dasar cinta, bukanlah bagus rupa, melainkan akhlak mulia,....
Paras cantik akan musnah tergerus waktu, di makan zaman,....
Namun hati lembut akan terbawa hingga ajal memisahkan,....
Melinda,....
Engkaulah gadis itu yang telah mengoyak asa dalam ruang kalbuku,....
Mengusik bathin ku dan selalu mengisi setiap lamunan,....
Suara syahdu mu, manakala membaca bait-bait Tuhan,....
Membuat ruh ku lepas dari jasad, melayang mencari pada sucinya ayat yang Kau perdengarkan....
Bertahun-tahun Aku menanti sebuah jawaban, kala panah Asmara ku lontarkan,....untukmu Melinda.
Namun, hingga kini panah itu tak tau rimbanya, mengambang di udara....
Tak pernah mengenai sasaran,....
Melinda,....
Gadis berjilbab merah jambu,.....
Engkau telah mencuri segenap raga ku, manakala mata beradu pandang.
Di sebuah pegelaran MTQ (MUSYABAQAH TILAWATIL QUR'AN) di Desa SAMBA DANUM waktu itu.
Semenjak itu, hati ku selalu menyebut namamu Melinda,.....
Tawaranku tempo hari, tentang "Mau kah Kau menjadi pengganti tulak rusukku yang hilang dulu",....hingga kini tak pernah Kau katakan sekalipun.
Sungguh, Aku menunggu dalam resah,...
Menanti dalam gelisah,....
Dari pengagum Setia mu.
Lelaki berambut keriting bertumbuh gempal, menulis pada sebuah diary biru tentang kisah perjalanan Cintanya pada gadis bernama Melinda. Kisah cinta masa SMA berbalut nyanyian dari Sorga. Jam Dinding sudah menunjukkan pukul 03.00 Wib dini hari, rasa kantuknya pergi entah ke mana, terusir bayangan Melinda. Gadis berjilbab merah jambu yang Ia kenal saat perlombaan MTQ, telah menumbuhkan getaran hangat di dirinya. Lama Ia duduk di sebuah kursi menghadap ke meja. Segelas kopi susu hangat, dibiarkan begitu saja sampai dingin datang mengusiknya. Kedua tangan menempel pada bagian belakang kepala, sambil terpejam nama Melinda kembali di sebutnya. Bayangan Melinda berangsur hilang, manakala dari Mesjid ayat-ayat Tuhan diperdengarkan. Busyet,....sudah subuh rupanya pekik Udin setengah mengumpat. Ia bergegas bangun dari tempat duduknya dan cepat habiskan kopi susunya. Kemudian beranjak pelan membangunkan Mama untuk bersiap tunaikan Shalat. Mama yang biasanya bangun tengah malam, guna persiapkan aneka masakan untuk di jual esok hari. Kini terbaring lelah dan memintanya bangunkan subuh hari.
Usai menunaikan Subuh berjamaah, Udin mandi segera bersiap berangkat sekolah. Walau luka hati akibat Cinta tak kunjung terjawab, namun soal sekolah Udin tak mau ketinggalan, karena baginya menuntut ilmu itu wajib hukumnya.
Tuntutlah Ilmu dari Tiang Buaian hingga Liang Lahat,.....
Anak ayam turun sepuluh, mati satu tinggal sembilan,....
Tuntutlah ilmu bersungguh-sungguh, satu pun jangan ketinggalan,....
Semboyan Udin punya.
Salam Hampahari - Negeri Tambuni
To My Brother Gerhana Tu Primadona, Tajudin Uluh Katingan, Ahmad Murjiman, Ahmad Setiawan, Ahmad Gunawan, Ahmadinejad Fauzi. Always God bless you and Good luck anytime.