Di suatu perkampungan bunga,.....
Di musim petik indah warnanya,....
Menghias rumah, halaman rakyat,....
Ramai-ramai, perempuan desa,....
Dengan keranjang di atas kepala,....
Burung-burung yang berkicauan,....
Menemani mereka memetik bunga,....
Senyum beberapa wanita,....
Yang menjepit bunga di rambutnya,.....
Sambil berdendang Iwan terus mengikuti irama walkman, tak peduli celoteh Dudun dan kawan-kawan. Irama musik Franky and Jane telah memenuhi gendang telinganya, seakan telah menghipnotis dan membawanya ke suatu perkampungan yang di penuhi aneka bunga.
" Te tam Mad, haranan ikau manyumpal pinding ah dengan taluh ji jite, nyewut humung gin tawe-tawe ih ampi ". (Coba lihat Mad, lantaran kamu menutup kedua telinganya dengan benda begituan, di bilang goblok aja Dia masih tertawa) ujar Dudun pada Ahmad. Usep dan Udin di sebelah juga ikut menyalahkan Ahmad. Memang walkman yang sedang dinikmati Iwan itu milik Ahmad, itu hadiah dari Abah karena Ahmad berhasil mendapat Ranking 2 besar di kelasnya. Ke lima sahabat itu terus berjalan susuri area persawahan menghijau dengan bambu panjang terikat tali nilon di ujungnya yang kian mengecil. Sebagian lagi membawa potongan pohon sawit kecil panjang juga terikat nilon. Udara di musim kemarau terasa membakar, tudung saji bertemankan ember menggantung di pundak sebelah kiri sedangkan di kanan ember bergoyang-goyang ikuti irama ayunan tangan Usep. Padang ilalang tajam, buat kulit berberai, berasa gatal dan perih. Tapi, itulah rute yang harus dilalui jika ingin sampai di Ruak Sakat (Lubang dalam seukuran pinggang anak Kelas 4 SD). Begitu pun jika ingin ketetangga sebelahnya Ruak Banama (Lubang yang memiliki tanah seperti buritan kapal). Di sana banyak terdapat ikan seperti behaw atau gabus, pentet atau lele. Ikan biasanya di peroleh selain dengan cara memancing juga membanjur dan mangaruhi. Dudun paling jago jika urusan mangaruhi (menyauk ikan bercebur pada kubangan lumpur, sambil mencari lubang persembunyiaan ikan). Untuk mambanjur Iwan pakarnya (hampir sama dengan memancing, bedanya umpan berupa kodok kecil yang masih hidup di buat melompat-lompat di sungai kecil persawahan). Bila memancing Usep lebih beruntung dibandingkan Udin. Nah, kalau memancing keributan, nggak usah ditanya lagi sudah pasti Udin rajanya. Sampai-sampai Ia di juluki UDIN TUMBUR (UDIN RIBUT), Ia memang paling bawel di antara mereka berlima.
Konon di Ruak Banama terdapat sebuah kapal cina yang di kutuk menjadi tanah atau batu, tapi bila di tinjau dari segi ilmu pengetahuan itu terjadi akibat proses pengangkatan permukaan bumi dari sungai menjadi daratan. Kisah tentang Ruak Banama tak ubahnya seperti kisah Bukit tangkiling atau Gunung Tangkuban perahu. Masyarakat Dayak, menamai fenomena alam yang tak masuk akal ini di sebut dalam istilah SALUH ANDAU. Akibat adanya norma Adat yang di langgar, seperti kisah Sangkuriang menikahi ibunya atau Tangkiling yang juga kawin dengan ibunya.
Panorama Ruak Banama, sungguh sangat mempesona di mana sejauh mata memandang hamparan rawa luas tersaji, jika musim hujan di penuhi air seperti lautan berbatas langit, semilir anginnya sanggup membuai pergi ke dunia mimpi. Di sanalah ke lima sahabat sering habiskan waktu membuang pikiran akan sumpeknya dunia. Sekedar melupakan ruwetnya permasalah hidup, saling mengingat dan menguatkan memberi semangat satu dan lainnya. Terkadang obrolan mereka seperti orang bertengkar saja, bagi orang yang pertama kali mengenal mereka. Padahal tak pernah terbesit sedikit pun, untuk menyakiti satu dan lainnya. Mereka saling menyayangi dan tak rela bila ada di antara mereka tersakiti. Berdebat untuk pertahankan argumen adalah hal biasa, walau urat leher keluar karenanya, tapi tidak pernah menyisakan dendam di sana. Dudun paling hebat soal provokasi, Usep hebat diplomasi, Udin paling cepat naik pitam alias tempramental, Ahmad suka memandang remeh sesuatu dan Iwan lelaki pendiam, memiliki kesabaran tinggi. Dari ke limanya yang paling menonjol jiwa kepimpinannya adalah Dudun. Mereka saling menutupi kelemahan satu dan lainnya, sehingga tumbuhlah persaudaraan solid di antara mereka.
Salam Hampahari - Negeri Tambuni
#maafphotonyapornoaksihehekaingatanmanduihuran#
Ahmad Setiawan, Ahmad Murjiman, Tajudin Uluh Katingan, Iwankurniawan, Muhammad Saiful Mujab, Gerhana Tu Primadona, Zahzah Eel.